(Konten ini tidak menyindir pihak manapun atau menyudutkan maksud hati yang tak kunjung di balas. Hanya saja, jiwa cupu ku ingin sekali bergunjing teman-teman gaulku yang bucin akan bule)
Dulu di saat masih nganggur, aku yang lulusan Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris (bengkok) di minta tante untuk menjadi translator. Sebuah kebanggaan kan yaaaaaa, hari gini lulusan baru jarang di kasih kepercayaan jadi translator atau interpeneur loh. Nah jadilah diriku ini semangat. Namun rasa bangga itu lansung luluh lantah dan hancur berkeping-keping saat tau menjadi tukang translate bahasa inggris ke bahasa Indonesia dari teman onlinenya. Ya, si tante dapat kenalan bule yang dia temui dari keaktifannya disalah satu aplikasi sosial media. You know lah F*cebuk.
"Siapa sih teman tante?" tanyaku
Dengan senang hati si tante memperlihatkan poto profilnya. Namanya Peter, sebuah nama yang sangat pasaran. Ibarat di Indonesia sih Seperti Agus atau putra lah. Foto profil itu juga terlihat sangat keren, seorang pria dengan setelah jas yang duduk di kursi kantor yang terkesan mewah. Too perfect lah, begitu lah bahasa kampung sono menjelaskan.
"Foto lainnya ada ga?"
"Ada!!"
Sesuai dugaan, semua foto yang dipajang di galerinya hampir sama, yaitu terlalu keren and too perfect tadi. Membuatku berfikiran negatif. Soalnya, bisa jadi dia mengambil foto dari majalah ternama, dan menjadikannya sebagai foto profil miliknya. Tapi karena tanteku terlihat bahagia, maka akan aku biarkan saja, toh cuma chat biasa. Nanti kalau salah satu mulai bosan, hubungan mereka akan segera berakhir.
Namun semakin aku lihat, keduanya semakin akrab, bahkan si mister itu berani memvideo call tanteku. Alhasil si tante semakin kelabakan dan diriku semakin sibuk untuk mentranslate di balik ponselnya. Di tengah-tengah hubungan yang semakin inten dan absurd itu, Mister ini ngomong, katanya mau ke Indo. Walahhh tante ku semakin kelabakan. Dia deg-degan, (Maklum udah kelamaan jomblo). Aku dan anaknya berpendapat "Ga bakalan datang, yakin deh". Alhasil sampai kalian membaca cerita diriku ini, si Mister Mister ga pernah muncul, bahkan hubungan mereka hilang secara tidak menduga. Tante ku jenuh dan si bule lost contact. Meski sedikit iba, aku menyemangati tante, namanya juga pertemanan di sosmed, tidak semuanya bisa berakhir di dunia nyata. Nanti ada yang lain lagi kok.
Tanteku memahaminya, kemudian, tidak lama setelah itu, tanteku kembali mempunyai teman bule lainnya, kasusnya sama, cara pedekate sama dan berakhir sama. Untungnya Tanteku cepat belajar dan move on. Jadi tidak ada masalah yang terlalu drama, aku bersyukur akan hal itu.
Tak berbeda jauh dari tanteku, Seorang teman dari kantor terdahulu juga mengalami hal yang sama. Usianya bisa jadi tiga puluh akhir atau empat puluh awal. Dia juga lansung sumringah jika feed In*tagr*m -nya di like oleh BULE. Disini Bule pria umum yaaaaa... Atau dia juga lansung tertawa cekikikan saat mendapat pesan lansung dari abang Mister tersebut. Well, sebenarnya ga masalah sih, cuman kelakuannya itu loh, bisa di kontrol gak, jangan terlalu norak. Aku mikirnya di like manusia umum loh, sumringahnya lost control banget, gimana kalo yang like Justin Bieber, lansung mati di tempat akibat terlalu syok. Owe yang pernah di respon Eaj di twitternya jugaaaaa bahagiaaa. tau eaj ga???
*Tau, gitarist day6. Tapi kok bisa?
Makanya, rajin main T*iter, jangan main kelereng hahaha
\
Back to Topic: Karena penasarabn, aku dan temanku memintanya untuk melihat seperti apa wajah dan akun sosmed si Mister yang di maksud. Disini dia agak sungkan, mulut cupuku pun beraksi:
"Ga bakal gua mbat, Gua suka daun muda bukan pria Tua!!"
Sewot dikit, akhirnya dia memperlihatkan foto tersebut. Sesuai dugaan kami alias aku dan temanku. Jika si empunya tidak menaroh banyak foto di feednya, lalu foto yang di apload juga terlihat sangat sempurna. Dandanan ala CEO dan hal lainnya yang terlihat Klise. Oke, aku hanya mengangguk paham, selebihnya aku serahkan kepada Yang Bersangkut. Lagian ini bagian dari kesenangannya yang tidak mungkin aku bantahkan, kecuali si YBS (Yang Bersangkutan ini) ada di list kartu keluarga, baru deh aku kasih masukan, "Tuh orang cuma pencitraan, bule bokek itu tauuuuuuu....!!"
Masalah perbucinan dengan pria asing ini tidak berhenti disitu.
Sejujurnya, aku sangat menghargai sebuah hubungan. Aku tidak pernah mengotak-ngotakkan pasangan baik harus sesama warga lokal, atau lintas negara. Sekali lagi bukan. Aku justru menghargai semua jenis hubungan dan senang juga melihat beberapa warga negara indonesia yang bahagia dengan pasangannya yang orang asing. Bahkan aku salut dengan salah satu kakak tingkat waktu kuliah dulu yang sekarang sudah menikah dengan pria Inggris. Mereka berkenalan di sosial media, komunikasi via online itu lancar, lalu mereka bertemu dan kemudian sama-sama cocok dari segi keyakinan, visi misi masa depan dan lain sebagainya, dan yang terpenting restu orang tua. Alhasil kakak tingkat tersebut sudah menjalani kehidupan selayalknya ibu rumah tangga di luar negri sana.
Begitu juga dengan beberapa vloger tema family yang juga membuatku kadang terhibur disamping mendapat pengetahuan baru, kehidupan sehari-hari sebagai perantau di luar negri.
Namun anehnya, aku sedikit terganggu dengan impian seorang teman yang juga ingin mengikuti jejak para vloger yang menikah dengan bule tersebut. Bukan mimpinya yang bikin aku risih, karena bermimpi adalah hak bangsa. Sekali lagi bukan, hanya saja Euforianya yang belum ngapa-ngapain ini. Dia hanya bilang :
"Gue pengen cowok Bule karena gue troma dengan cowok Indonesia."
_"Gue suka cowok bule putih tinggi putih dan hidung mancung." _"Gue pernah pacaran dengan bule, dan gue yang bikin dia Mualaf" (Bagian ini gue dan yang lain ga percaya, kenapa? baca sampe akhir lalu silahkan simpulkan kenapa gue memutuskan utk tdk percaya.)
"Trus kenapa kalian ga melanjutkan hubungan kalian?"
"Dia setelah mualaf mau poligamy dan gue ga suka poligami." (No Coment)
Okeh, kesan awal gue bisa percaya. Mungkin saja dan bisa jadi. Kita ga tau apa yang ada dipikiran temanku yang satu ini ataupun dengan mister yang dia maksud. Benar atau sekedar karangan itu bukan urusan kami, dan kami pun tidak begitu mengindahkannya lebih lanjut.
Namun ingat point "Gue troma dengan cowok lokal...." Nah kalimat sederhana ini tanpa sengaja aku pegang, aku membutuhkan kepastian dari pernyataan ini. Pemikiran itu lansung muncul tak lama saat dia dengan sengaja merangkul manjah beberapa teman cowok do kantor lama tersebut. Oke, dari gelagatnya dia tidak mengalami troma hebat. Aku bersyukur akan hal itu.
Lalu tidak lama setelah itu, di samping kantor, dia bertemu dengan seorang barista yang masih muda dan tampan. Tampan khas anak Indonesia yang tumbuh sehat karena ibunya rajin memberi sakatonik ABC... jrengggggg..... Oleh karenanya dia yang pernah bilang "TRAUMA dengan cowok lokal" Jatuh cinta pada pandangan pertama. Saking cintanya, dia rajin membeli minuman disana, boleh jadi hanya sekedar teh hangat atau milk shake, yang penting sudah store wajah ke mas-mas barista tampan mempesona. Okeh, ternyata Traumanya sudah sembuh berkat si cowok tersebut. Baguslah. Dia juga sengaja dandan agar terlihat cantik, Hmmm 100% sembuh dari traumanya. Kabar bagus.
Semua orangpun mendukung hubungannya. Hanya saja dia dengan bimbang menjelaskan
"Tapi papah aku pasti tidak terima hubungan kami, soalnya dia masih muda. Pasti papah nanya kasih apa buat anak saya?" begitulah katanya. Aku hanya menahan mulut asemku agar tidak berkomentar apa-apa. Lagian kita belum mendengar lansung si pria benar-benar menyukainya atau hanya sekedar memberikan service ramah kepada kastemer setia ini? Hmm...
Tak lama setelah itu, terdengar kabar si Barista sudah tidak bekerja lagi di kopi shop sebelah kantor lama. Lalu si gadis ini bertindak seolah-olah dia trauma dengan pria lokal. Okay, aku paham trauma yang dimaksud. Aku bahkan sempat berfikir jika dia pernah di tipu atau di aniaya pria lokal hingga trauma, ternyata hanya masalah cinta bertepuk sebelah tangan. Hmmm... semoga dia bisa segera move on.
Kita kembali kemasalah bule yang pernah ia gembar gembor, dengan semangat empat lima, dia mencoba berkenalan dengan aplikasi sejenis T*nder atau seperti itulah. Kali ini targetnya kembali kepada pria asing. Siapapun itu aku dan yang lain hanya bisa kasih semangat. (Jujur aku ragu dia bisa mendapatkan bule impian jika caranya masih saja sama) Tak selang waktu lama, dia mendapat kenalan. Bule ganteng, aku tidak tau warganegara mana, tapi dia tinggal dan kerja di singapore. Dekatlah. Setelah sering chat, dan berbagi kabar si mister mau bertemu sang pujaan. Si temanku ini mengiyakan. Mereka akan bertemu tapi dengan syarat : HARUS BARENG MAMAHNyA, BERTEMU DAN DUDUK DI MEJA YANG SAMA.
Hmmm... jangankan bule, pria lokal umum manapun juga lansung keder kali jika menggunakan cara taaruf seperti ini. Aku kurang tau bagaiamana cara mereka berkomunikasi, apakah kedua pihak menyetujui atau ini hanya inisiatif temanku saja. Yang pasti orang tua si temanku ikut menemui si bule dan duduk si satu meja. Setelah pertemuan itu, temanku mulai uring-uringan, bule pujaannya mulai jarang ngasih kabar, jarang balas chat dan semakin lama semakin tenggelam di Singapur sana. Semoga mereka sama-sama mendapat yang terbaik.
Setelah aku meninggalkan kantor penuh cerita itu, Aku mendapat kabar jika temanku itu beralih tipe, dia sekarang ingin taaruf dan sudah mengganti aplikasi agar bisa mempercepat proses taaruf tersebut. Lalu dia juga bercita-cita ingin memakai cadar jika sudah menikah.
Aku doakan yang terbaik untuknya. Siapun pria itu, semoga seiman dan juga tau bagaimana cara memperlakukannya sebagai wanita. Cerita selesai...
Bagiku yang cupu ini, pria manapun baik dari suku manapun, etnis manapun, kewarganegaraan manapun, asalkan dia baik dan tidak suka melakukan kekerasan terhadap wanita dan anak-anak, maka dia adalah pria yang layak di perjuangkan.
Temanku mungkin bucin dengan bule, aku tidak tau obsesi mana yang membuatnya sebuta itu. Entah fisik atau uang atau segi pemikiran. Tapi yang terpenting dari semua itu adalah komunikasi. Perbedaan bisa di tepiskan jika kita dan dia tau bagaimana berkomunikasi dalam situasi apapun. Bahkan orang bisu bisa kita pahami jika kita memahami bahasa isyarat yang mereka ungkapkan. Selain itu, fisi dan misi di masa depan. Lalu keberanian kita dalam meleburkan dua budaya ini. Terlebih antara si Barat dan si Timur yang sangat bersebrangan, diantara dua orang ini siapakah yang akan mengalah dan mengikuti budayanya, si Baratkah yang mau menjadi bagian dari budaya Timur, atau si Timurkah yang lebih berani untuk mengikuti gaya hidup si Barat dan menanggung segala resikonya.
Dari kasus temanku, dia MUNGKIN terlalu memaksakan Mister tersebut untuk mengikuti budayanya. Hmm Kita sebagai warga timur tentu wajar jika memperkenalkan seorang teman kepada orang tua. Aku sendiri juga akan mengenalkan teman-temanku setelah dari segi pemikiran dan kekompakannya masuk dalam kategori teman dekat. MUNGKIN bisa saja si abang BULE yang biasa hidup Bebas tanpa batas ini mengalami culture shock, saat di hadapkan dengan ibu dari temanku ini di hari pertama mereka bertemu.
Sebenarnya hal itu bisa di akali. Kita boleh ajak orang tua kita bertemu pria asing jika mereka cemas melihat anaknya yang sudah dewasa ini berkenalan dengan pria asing. Tapi untuk har pertama, bisa lah duduknya jangan di satu meja dulu. Munkin mama atau papa kita duduk di meja terpisah namun masih bisa mendengar atau dekat dengan kita jika Kamu tidak mau pisah dengan ortu kamu. Biar si Bule fokus sama kamunya doeloe. Tapi ingat, kalau pertemuan di sosmed itu usahakan di kalukan di tempat yang rame pengunjung, bukan di rumah dulu yaaaaa....
Tapi sekali lagi, siapapun pasangan anda saat ini, sayangilah mereka sebagaimana mereka yang telah sayang dan mau berbagi perasaan dengan kalian. Jangan sampai menyesal saat kalian nge jomblo :)
Ini Eaj alias Jae day6 yang dimaksud Gantengkan... hehehe Suaranya g kalah bagusss hehee bucinan author banget nuiihhh hahaha...